Senin, 10 Maret 2014

Fase-fase Perkembangan Ilmu Antropologi


Ilmu Antropologi sangat bermanfaat untuk memahami kemajemukan dan keberagaman pada masyarakat Indonesia. Perbedaan itulah yang menimbulkan rasa persatuan dan kesatuan serta cinta tanah air. Adapun fase-fase perkembangan Ilmu Antropologi adalah sebagai berikut:

  • Fase I yaitu sebelum tahun 1800. Sekitar abad ke-15 dan 16, bangsa-bangsa Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya, bangsa Eropa banyak menjumpai hal-hal baru dan suku-suku yang asing. Penemuan tersebut kemudian dicatat pada buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, bahasa dari suku tersebut, dan juga ciri-ciri fisik dari beraneka warna suku bangsa yang kemudian dikenal dengan istilah etnografi. Pada masa itu muncul pandangan orang Eropa terhadap suku bangsa di luar eropa yaitu : 
  1. Bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia sebenarnya (manusia liar, turunan iblis, hingga muncul istilah seperti savages (biadab), primitive).
  2. Bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu adalah contoh dari masyarakat yang masih murni, yang belum kemasukan kejahatan dan keburukan seperti yang ada dalam masyarakat bangsa-bangsa Eropa Barat pada waktu itu. 
  3. Sebagian orang eropa tertarik akan adat istiadat yang aneh dan mulai mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari beragam suku bangsa.
  • Fase II yaitu pertengahan abad ke-19. Pada fase ini, timbul karangan-karangan yang menyusun bahwa etnografi tersebut berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat sehingga terjadi pengklasifikasian aneka warna kebudayaan di dunia dalam tingkat-tingkat evolusi tertentu maka timbullah ilmu antropologi sebagai ilmu yang akademikal yaitu mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia. 
  • Fase III yaitu permulaan abad ke-20. Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.
  • Fase IV yaitu sesudah tahun 1930. Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang di jajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa. Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar